Nama :
Niken Meganingtyas
NIM :
175231115
Kelas :
PBS 2 C
FENOMENA
EKONOMI
Bergugurannya Kedai Ritel,
Bagaimana dengan Online Shop?
Dalam tulisan ini saya
ingin menyampaikan perihal mengapa sebagian besar toko ritel menutup kedainya
sepanjang tahun 2017. Informasi ini saya dapatkan ketika saya menonton televisi
dan membaca artikel-artikel di instagram. Kemudian saya membuat tulisan ini
untuk mengetahui apa pemicu akan tutupnya beberapa gerai tersebut dan akibat
yang ditimbulkan dari apa yang telah terjadi. Sebelum membicarakan semua itu,
alangkah lebih baiknya kita mengetahui terlebih dahulu apa yang disebut toko
ritel. Apa itu toko ritel?
Toko ritel atau dalam
bahasa kita sehari-hari biasa disebut eceran, sedangkan dalam bahasa Inggris “retail” adalah salah satu sistem dalam memasarkan produk yang
mencakup segala kegiatan yang melibatkan penjualan barang secara langsung ke
konsumen akhir untuk digunakan secara pribadi tetapi bukan bisnis.
Untuk organisasi ataupun orang
yang menjalankan bisnis ini mereka disebut sebagai pengecer. Dalam praktiknya seorang
pengecer melakukan pembelian barang ataupun produk dalam jumlah besar
dari produsen, maupun
pemasok baik secara langsung ataupun melalui grosir, untuk kemudian dijual
kembali dalam jumlah yang kecil.
Di sejumlah daerah
beberapa toko ritel memilih untuk menutup kedai mereka. Tercatat beberapa
perusahaan waralaba gulung tikar sepanjang tahun 2017. Perihal itulah yang
menimbulkan isu turunnya daya beli masyarakat. Alhasil beberapa ritel modern tutup akibat perubahan pola konsumsi dan penurunan
daya beli masyarakat, yang kemudian menyebabkan besarnya biaya
operasional tidak mampu ditutupi dengan penghasilan. Akibat kerugian yang terus
terjadi, tidak ada cara lain melainkan mengurangi kerugian tersebut dengan
menutup gerai. Dari beberapa toko tersebut diatas, di bawah ini adalah sebagian
dari mereka yang memilih untuk menutup kedainya, antara lain yaitu :
1.
Matahari Departement Store
2.
Ramayana
3.
7-Eleven
4.
Debenhams
5.
Lotus
Menurut saya pemicu
dari persoalan tersebut di atas adalah berubahnya pola konsumsi masyarakat dari
yang awalnya berbelanja langsung datang ke toko menjadi berbelanja online, persaingan sudah semakin gencar, faktor penurunan
daya beli pun ikut serta dalam mempengaruhi lesunya bisnis ritel modern, keberadaan
lokasi yang tidak tepat, adanya persaingan
bisnis, penggunaan teknologi yang kian masa kian canggih, ketatnya persaingan
ritel modern di kota-kota besar. Selain itu, adanya perubahan daya dukung suatu
komunitas yang megalami perubahan, misalnya saja kawasan pemukiman di beberapa
wilayah Jakarta dan sekitarnya yang kini telah beralih fungsi menjadi fokus
bisnis dan tidak lagi menjadi wilayah pemukiman sebagai fungsi yang semestinya.
Dari penyebab-penyebab
yang telah saya jabarkan di atas, tutupnya toko ritel di beberapa daerah juga
menimbulkan akibat-akibat tertentu. Untuk akibatnya sendiri adalah tidak
banyak disukai sampai kemudian pada akhirnya toko ritel menutup banyak yang
gulung tikar, hal itu menimbulkan kerugian yang besar sebagai akibat dari diskon
besar-besaran yang dilakukan oleh toko-toko tersebut, kecenderungan online yang
mengakibatkan masyarakat menjadi pemalas, hanya mengandalkan orang lain dan
smartphone, para karyawan yang diberhentikan kerja secara besar-besaran
sehingga menimbulkan pengangguran.
Sebenarnya toko ritel sendiri mempunyai potensi yang besar
untuk mampu terus bersaing dan berkembang. Terdapat beberapa solusi yang bisa
dilakukan oleh pemerintah supaya toko ritel mampu bersaing dalam keadaan ini baik
dalam jangka panjang maupun dalam jangka pendek. Misalnya saja pada jangka
pendek dapat dilaksanakan penataan lokasi dan waktu teruntuk pasar atau
toko atau warung tradisional sehingga mampu bersaing dan hidup berdampingan
dengan pasar atau toko atau ritel modern. Selain itu, peraturan “white
labeling” juga saya rasa perlu diberlakukan
agar produk yang dijual di ritel modern bukan hanya produk industri yang
membaur. Kemudian untuk yang jangka panjang, pemanfaatan ritel modern
mengangkat produk lokal ke level nasional dengan membantu mereka memenuhi
standar sehingga produk lokal mampu dijual di ritel modern.
Salah
satu pemicu dari tutupnya toko ritel adalah adanya persaingan dengan bermunculannya
toko-toko online. Untuk mampu mengetahui mengapa hal tersebut mampu terjadi,
maka sebaiknya kita terlebih dahulu mengetahui kelebihan dan kelemahan
berbisnis sistem online tersebut. Ketika kita menggunakan jasa online, terdapat
beberapa kemudahan diantaranya adalah kita tidak perlu menunggu waktu luang
untuk pergi ke toko, sangat membantu bagi orang yang sibuk dengan bisnisnya,
bermacam – macam toko online yang siap melayani kita dan bermacam – macam pula
barang yang kita perlukan.
Dengan
online shop kita bisa lebih hemat waktu dan tenaga, kita tidak perlu pergi
dan mengelilingi mal untuk membeli barang yang kita perlukan, cukup mengakses
internet dan tidak perlu macet ria di jalan raya, banyak sekali pilihan jadi
kita bisa membandingkan toko satu dengan yang lainnya agar mengetahui kualitas
barang dan harga yang di berikan. Selain itu, cara yang di
lakukan cukup mudah tinggal memesan barang yang kita pilih kemudian bayar.
Untuk pembayaran bisa melalui internet banking atau melalui ATM dan kita cukup
menanti barang yang telah kita beli tiba.
Sedangkan kelemahan
dari kita berbisnis online adalah bila kita berbelanja pakaian terutama baju
ataupun yang lainnya tidak bisa kita coba, tidak bisa memegang kainnya,
bagaimana kualitas kainnya, dsb. Mutu
barang tidak sesuai, kesamaan barang hasil foto/gambar dengan yang kita
lihat di monitor tidak bisa 100% sama. Ongkos
kirim yang mahal, tentunya barang yang kita beli tidak serta merta
langsung mampu kita ambil, pemilik toko online masih memerlukan jasa
pengiriman. Dan yang menentukan ongkos kirim barang adalah pemilik jasa
pengirimaan barang seperti JNE, TIKI, Pos Indonesia, dan sebagainya. Resiko penipuan, uang sudah ditransfer
tapi barang tidak di kirim dan tidak pernah dikirim selamanya.
x
Tidak ada komentar:
Posting Komentar