Tafsir Al-Maraghi 27
Surah Ar-Rahman ayat 13
Yang
berbunyi : “Fabiayyi aalaa’i
rabbi kumaa tukadzdzibaan”
Yang artinya : “Maka nikmat Tuhan kalian yang manakah yang kalian dustakan?”
Yang artinya : “Maka nikmat Tuhan kalian yang manakah yang kalian dustakan?”
Berikut ini arti perkata dari ayat tersebut :
فَبِأَيِّ yang
artinya “Maka yang mana”
آلاءِ yang artinya
“Nikmat/kenikmatan ”
رَبِّكُما yang artinya “Tuhan kamu (kalian)”. Berasal dari kata “Rabbi”
yang artinya Tuhan
تُكَذِّبانِ yang artinya “Didustakan (oleh kalian)”. Berasal dari kata “Kadzaba” yang
artinya dusta
Asbabun Nuzul ayat 13 Surah Ar-Rahman
diturunkan.
Surah Ar-Rahman, sudah jelas namanya saja “Ar-Rahman”
yang berarti Maha Pengasih. Surah Ar-Rahman adalah urutan surah yang ke 55
dalam Al-Quran. Surah Ar-Rahman termasuk surah makiyyah karena diturunkan di
kota Makkah. Surat
ini merupakan jawaban Allah SWT atas pertanyaan orang-orang yang
menyekutukan-Nya yang ada pada suatu ayat yang artinya yaitu mereka senantiasa
bertanya saat dikatakan kepada mereka bahwa hendaklah mereka bersujud kepada
yang Maha Penyayang. Lalu mereka mempertanyakan siapa Ar-Rahman itu. Kemudian
dijawablah oleh Allah dengan diturunkannya surah Ar-Rahman ini.
Di sisi yang berbeda, surah Ar-Rahman ini diturunkan
sebagai jawaban dan bantahan atas ucapan penduduk Makkah saat mereka menganggap
bahwa manusia lah yang telah mengajarkan Al-Quran, sebagaimana pada ayat yang
artinya bahwa sesungguhnya manusia lah yang mengajarkan Al-Quran kepada Rasulullah
SAW. Padahal bahasa yang mereka maksud adalah bukan bahasa Arab, sedangkan pada
Al-Quran bahasa yang digunakan adalah jelas-jelas bahasa Arab terang. Dan yang
mengajarkan Al-Quran kepada Rasulullah SAW yaitu Allah bukan manusia.
“Bukankah saat kita
miskin Allah lah yang senantiasa menolong kita? Allah menolong kita sehingga
kita dapat berkecukupan? Tidak sepantasnya kita mengingkari hal tersebut.
Bukankan saat kita tidak berpakaian ataupun tidak mempunyai pakaian Allah lah
yang telah memberi kita pakaian? Bukankah saat kita tidak dikenal lalu Allah
lah yang megangkat derajat kita sehingga kita dapat dikenal orang banyak.
Bukankah Allah juga lah yang telah menciptakan manusia, makhluk lainnya, dan
bumi langit dan juga seisinya? Menjadikan mereka supaya mereka dapat berbicara.
Allah jadikan matahari dan bulan beserta perhitungannya. Allah sediakan
kayu-kayuan, beragam buah-buahan, baik untuk yang beriman maupun yang ingkar
terhadap Allah. Sungguh tidak sepantasnya jika kita mengingkari hal tersebut.”
Yang dimaksud dengan mendustakan nikmat-nikmat Allah
tersebut ialah sifat kafir suatu kaum terhadap Allah SWT karena telah
mempersekutukan Allah. Pada hakikatnya memang segala kenikmatan itu haruslah
disyukuri, entah besar atau kecilnya bentuk kenikmatan tersebut hendaklah tetap
kita syukuri. Bukan pada saat kita sakit barulah kita teringat nikmatnya sehat,
bukan juga saat kita tua barulah kita teringat nikmatnya kaya namun dengan
sedekah. Bersyukurlah kita maka kita akan merasa cukup, dan dengan rasa cukup
itu maka kita akan bahagia. Bukan bahagia yang membuat kita besyukur. Dengan
mensyukuri apapun yang ada niscaya Allah akan menambah kebahagiaan itu. Namun
ada kalanya kita diuji dengan cobaan yang Allah berikan, hal tersebut bukan
karena Allah tidak sayang terhadap kita, namun allah hanya menguji seberapa
besar keimanan dan kesabaran kita.
Mengapa sampai disebutkan
sebanyak 31 kali dalam satu tempat?
Pada surah Ar-Rahman terdapat ayat yang istimewa, saya
sebut istimewa karena pada surah Ar-Rahman terdapat satu ayat yang dibaca
berulang-ulang sampai 31 kali. Mengapa sampai diulang sampai 31 kali dalam satu
tempat? 8 kalinya untuk menjelaskan betapa indahnya ciptaan Allah. 7 kalinya
untuk menjelaskan betapa dahsyatnya api neraka Jahannam. 8 kali setelah itu
untuk menjelaskan sifat dua surga dan penghuninya sesuai jumlah pintu surga. Dan setelah itu 8
kali disebutkan untuk menjelaskan dua surga yang berbeda dengan dua surga sebelumnya. Diulang sampai beberapa kali supaya
mengingatkan, menguatkan, dan supaya kita jangan sampai lupa senantiasa
bersyukur terhadap nikmat Allah yang memberikan manfaat dan faedah bagi
hamba-Nya.
Mengapa pada ayat tersebut Allah menyebutkan dengan kata dusta? Mengapa
tidak tolak atau ingkar atau bahkan kata yang lainnya? Allah memilih kata
tersebut karena pada dasarnya kenikmatan yang Allah berikan kepada hambanya
tidak dapat ditolak dan tidak dapat diingkari. Tetapi manusia bisa saja mendustakannya,
mereka sebenarnya mengerti akan kebenarannya namun mereka menutupinya. “Maka
nikmat Tuhan kalian yang manakah yang kalian dustakan?”. Sepantasnya kita harus
mensyukuri atas apa yang telah diberikan Allah SWT untuk kita. Atas segala apa
yang ada di langit dan di bumi. Kenikmatan yang tidak dapat dijelaskan satu
persatu.
Jangan meninggalkan surah Ar-Rahman, bangunlah pada
sepertiga malam untuk membacanya, surat ini tidak akan menenangkan orang-orang
yang munafik. Kamu semua akan menemui Allah bersama surah ini pada hari kiamat.
Bila diwujudkan sebagai manusia, surah ini diwujudkan seperti manusia paling indah
dan mempunyai bau yang sangat harum. Pada saat hari kiamat tiba tiada satupun
yang berfiri di hadapan Allah dan dekat dengan Allah. Barang siapa yang
senantiasa membaca Ar-Rahman kelak mereka akan diberi syafaat saat kiamat tiba,
wajah mereka menjadi cerah, dan mereka akan tinggal di surga sebagaimana mereka
kehendaki.
Nama lengkap beliau adalah Ahmad Musthofa bin Muhammad
bin Abdul Mun’im Al-Maraghi. Terkadang beliau juga dipanggil dengan sebutan
Beik, sehingga menjadi Ahmad Musthafa A-Maraghi Beik. Di
Maraghah yaitu sebuah kampung kecil di Mesir, sebuah kota di ujung barat Sungai
Nil kira-kira 70 kilometer, dilahirkan pada tahun 1881 M dan kemudian kepala
dusun di tempat beliau lahir itulah kemudian dihubungakn menjadi namanya. Keluarga
yang sangat tetku mangabdikan pada ilmu dan pengetahuan dan peradilan secara
turun temurun lah yang membuat keluarganya terkenal dengan sebuat keluarga
hakim. Sepertinya, kota kelahirannya itulah yang menempel dan menjadikan nisbah
bagi dirinya, tidak keluarganya. Maka dari itu, bisa disimpulkan bahwa nama
Al-Maraghi tidak pasti kepada dirinya. Beliau meninggal dunia pada usia 70
tahun di Hilwan, kota kecil yang berada pada selatan Kairo.
Masa
kekanak-kanakan beliau dilewati dalam lingkungan yang religius. Pada pendidikan
dasar beliau lalui di sebuah Madrasah yang ada pada desanya, di sanalah beliau
belajar Al-Quran, bacaan-bacaannya diperbaiki, dan menghafalkannya. Sehingga ia
telah hafal 30 juz sebelum 13 tahun usianya. Di sisi lain, pengetahuan tajwid
dan fondasi pengetahuan agama yang lainnya juga beliau pelajari. Setelah tamat
pendidikan dasarnya beliau meneruskan edukasinya ke Universitas Al-Azhar di
Kairo. Serta beliau menjalankan kuliah di Universitas Darul Ulum Kairo. Beliau berhasil
tamat studinya pada 2 Universitas secara bersamaan. Ia pun secara langsung
memperoleh pengarahan dari tokoh ternama dan yang ahli dalam bidangnya.
Berikut ini adalah gambar
dari buku yang saya tafsirkan :
good i like it
BalasHapus