Sabtu, 17 Februari 2018

Tafsir Al-Maraghi 27

Tafsir Al-Maraghi 27
Surah Ar-Rahman ayat 13


فَبِأَيِّآلاءِرَبِّكُماتُكَذِّبانِ   


Yang berbunyi   : “Fabiayyi aalaa’i rabbi kumaa tukadzdzibaan”
Yang artinya      : “Maka nikmat Tuhan kalian yang manakah yang kalian dustakan?”

Berikut ini arti perkata dari ayat tersebut :
فَبِأَيِّ  yang artinya “Maka yang mana”
 
آلاءِ  yang artinya “Nikmat/kenikmatan
 
رَبِّكُما  yang artinya “Tuhan kamu (kalian)”. Berasal dari kata “Rabbi” yang artinya Tuhan

تُكَذِّبانِ  yang artinya “Didustakan (oleh kalian)”. Berasal dari kata “Kadzaba” yang artinya dusta

 
Asbabun Nuzul ayat 13 Surah Ar-Rahman diturunkan.
Surah Ar-Rahman, sudah jelas namanya saja “Ar-Rahman” yang berarti Maha Pengasih. Surah Ar-Rahman adalah urutan surah yang ke 55 dalam Al-Quran. Surah Ar-Rahman termasuk surah makiyyah karena diturunkan di kota Makkah. Surat ini merupakan jawaban Allah SWT atas pertanyaan orang-orang yang menyekutukan-Nya yang ada pada suatu ayat yang artinya yaitu mereka senantiasa bertanya saat dikatakan kepada mereka bahwa hendaklah mereka bersujud kepada yang Maha Penyayang. Lalu mereka mempertanyakan siapa Ar-Rahman itu. Kemudian dijawablah oleh Allah dengan diturunkannya surah Ar-Rahman ini. 
Di sisi yang berbeda, surah Ar-Rahman ini diturunkan sebagai jawaban dan bantahan atas ucapan penduduk Makkah saat mereka menganggap bahwa manusia lah yang telah mengajarkan Al-Quran, sebagaimana pada ayat yang artinya bahwa sesungguhnya manusia lah yang mengajarkan Al-Quran kepada Rasulullah SAW. Padahal bahasa yang mereka maksud adalah bukan bahasa Arab, sedangkan pada Al-Quran bahasa yang digunakan adalah jelas-jelas bahasa Arab terang. Dan yang mengajarkan Al-Quran kepada Rasulullah SAW yaitu Allah bukan manusia.
“Bukankah saat kita miskin Allah lah yang senantiasa menolong kita? Allah menolong kita sehingga kita dapat berkecukupan? Tidak sepantasnya kita mengingkari hal tersebut. Bukankan saat kita tidak berpakaian ataupun tidak mempunyai pakaian Allah lah yang telah memberi kita pakaian? Bukankah saat kita tidak dikenal lalu Allah lah yang megangkat derajat kita sehingga kita dapat dikenal orang banyak. Bukankah Allah juga lah yang telah menciptakan manusia, makhluk lainnya, dan bumi langit dan juga seisinya? Menjadikan mereka supaya mereka dapat berbicara. Allah jadikan matahari dan bulan beserta perhitungannya. Allah sediakan kayu-kayuan, beragam buah-buahan, baik untuk yang beriman maupun yang ingkar terhadap Allah. Sungguh tidak sepantasnya jika kita mengingkari hal tersebut.”
Yang dimaksud dengan mendustakan nikmat-nikmat Allah tersebut ialah sifat kafir suatu kaum terhadap Allah SWT karena telah mempersekutukan Allah. Pada hakikatnya memang segala kenikmatan itu haruslah disyukuri, entah besar atau kecilnya bentuk kenikmatan tersebut hendaklah tetap kita syukuri. Bukan pada saat kita sakit barulah kita teringat nikmatnya sehat, bukan juga saat kita tua barulah kita teringat nikmatnya kaya namun dengan sedekah. Bersyukurlah kita maka kita akan merasa cukup, dan dengan rasa cukup itu maka kita akan bahagia. Bukan bahagia yang membuat kita besyukur. Dengan mensyukuri apapun yang ada niscaya Allah akan menambah kebahagiaan itu. Namun ada kalanya kita diuji dengan cobaan yang Allah berikan, hal tersebut bukan karena Allah tidak sayang terhadap kita, namun allah hanya menguji seberapa besar keimanan dan kesabaran kita.

Mengapa sampai disebutkan sebanyak 31 kali dalam satu tempat?
Pada surah Ar-Rahman terdapat ayat yang istimewa, saya sebut istimewa karena pada surah Ar-Rahman terdapat satu ayat yang dibaca berulang-ulang sampai 31 kali. Mengapa sampai diulang sampai 31 kali dalam satu tempat? 8 kalinya untuk menjelaskan betapa indahnya ciptaan Allah. 7 kalinya untuk menjelaskan betapa dahsyatnya api neraka Jahannam. 8 kali setelah itu untuk menjelaskan sifat dua surga dan penghuninya sesuai jumlah pintu surga. Dan setelah itu 8 kali disebutkan untuk menjelaskan dua surga yang berbeda dengan dua surga sebelumnya. Diulang sampai beberapa kali supaya mengingatkan, menguatkan, dan supaya kita jangan sampai lupa senantiasa bersyukur terhadap nikmat Allah yang memberikan manfaat dan faedah bagi hamba-Nya.
Mengapa pada ayat tersebut Allah menyebutkan dengan kata dusta? Mengapa tidak tolak atau ingkar atau bahkan kata yang lainnya? Allah memilih kata tersebut karena pada dasarnya kenikmatan yang Allah berikan kepada hambanya tidak dapat ditolak dan tidak dapat diingkari. Tetapi manusia bisa saja mendustakannya, mereka sebenarnya mengerti akan kebenarannya namun mereka menutupinya. “Maka nikmat Tuhan kalian yang manakah yang kalian dustakan?”. Sepantasnya kita harus mensyukuri atas apa yang telah diberikan Allah SWT untuk kita. Atas segala apa yang ada di langit dan di bumi. Kenikmatan yang tidak dapat dijelaskan satu persatu.
Jangan meninggalkan surah Ar-Rahman, bangunlah pada sepertiga malam untuk membacanya, surat ini tidak akan menenangkan orang-orang yang munafik. Kamu semua akan menemui Allah bersama surah ini pada hari kiamat. Bila diwujudkan sebagai manusia, surah ini diwujudkan seperti manusia paling indah dan mempunyai bau yang sangat harum. Pada saat hari kiamat tiba tiada satupun yang berfiri di hadapan Allah dan dekat dengan Allah. Barang siapa yang senantiasa membaca Ar-Rahman kelak mereka akan diberi syafaat saat kiamat tiba, wajah mereka menjadi cerah, dan mereka akan tinggal di surga sebagaimana mereka kehendaki.



Biografi penulis buku:
Nama lengkap beliau adalah Ahmad Musthofa bin Muhammad bin Abdul Mun’im Al-Maraghi. Terkadang beliau juga dipanggil dengan sebutan Beik, sehingga menjadi Ahmad Musthafa A-Maraghi Beik. Di Maraghah yaitu sebuah kampung kecil di Mesir, sebuah kota di ujung barat Sungai Nil kira-kira 70 kilometer, dilahirkan pada tahun 1881 M dan kemudian kepala dusun di tempat beliau lahir itulah kemudian dihubungakn menjadi namanya. Keluarga yang sangat tetku mangabdikan pada ilmu dan pengetahuan dan peradilan secara turun temurun lah yang membuat keluarganya terkenal dengan sebuat keluarga hakim. Sepertinya, kota kelahirannya itulah yang menempel dan menjadikan nisbah bagi dirinya, tidak keluarganya. Maka dari itu, bisa disimpulkan bahwa nama Al-Maraghi tidak pasti kepada dirinya. Beliau meninggal dunia pada usia 70 tahun di Hilwan, kota kecil yang berada pada selatan Kairo.
            Masa kekanak-kanakan beliau dilewati dalam lingkungan yang religius. Pada pendidikan dasar beliau lalui di sebuah Madrasah yang ada pada desanya, di sanalah beliau belajar Al-Quran, bacaan-bacaannya diperbaiki, dan menghafalkannya. Sehingga ia telah hafal 30 juz sebelum 13 tahun usianya. Di sisi lain, pengetahuan tajwid dan fondasi pengetahuan agama yang lainnya juga beliau pelajari. Setelah tamat pendidikan dasarnya beliau meneruskan edukasinya ke Universitas Al-Azhar di Kairo. Serta beliau menjalankan kuliah di Universitas Darul Ulum Kairo. Beliau berhasil tamat studinya pada 2 Universitas secara bersamaan. Ia pun secara langsung memperoleh pengarahan dari tokoh ternama dan yang ahli dalam bidangnya.

Berikut ini adalah gambar dari buku yang saya tafsirkan :



1 komentar: