Sabtu, 05 Mei 2018

Pengamatan "One stop Cwie Mie" Solo Grand Mall


OCM (One stop Cwie Mie)
OCM Grand Mall Solo adalah salah satu sebuah food court yang ada di Solo Grand Mall. Dan saya mendapatkan tugas untuk melakukan pengamatan disana. Pengamatan yang saya lakukan adalah pengamatan mengenai bagaimana suasana, menu-menu apa saja yang terdapat disana, bagaimana rasa dari setiap makanan yang disajikan, dan lain-lain. Tugas ini dilaksanakan dengan metode berkelompok setiap kelompok terdiri dari 2 sampai 3 orang. Sebenarnya tidak hanya di OCM yang menjadi tempat untuk melakukan pengamatan, namun masih banyak lagi restoran-restoran, cafe, dan masih banyak lagi. Saya pun tidak memilih sendiri untuk melakukan pengamatan di OCM karena tugas ini sistemnya adalah undian, dan kebetulan undian yang saya ambil yaitu melakukan pengamatan di OCM. 
 
Tugas ini merupakan tugas akhir dari mata kuliah Metodologi Studi Islam. Dan ketika saya mendapatkan tugas ini saya merasakan senang dan lega karena ini merupakan tugas terakhir dan tugas ini begitu menyenangkan, tidak seperti tugas-tugas yang diberikan sebelumnya yang membuat pening kepala. Pada dasarnya ini adalah tugas yang asyik dan menarik menurut saya. Selain melakukan pengamatan saya juga bisa membuat tugas sambil kulineran dan mencoba jajanan-jajanan yang ada di Solo. Sekaligus sebagai pelepas penat dan pusing karena mengerjakan tugas-tugas mata kuliah lain. 
 
            Awal mula mendengar kata OCM, saya pun asing dan awam dengan kata itu. Bahkan tidak pernah terbayang sedikit pun apa itu OCM, bagaimana tempatnya, dan dimana tempatnya. Saya pun mencari sedikit informasi dengan bertanya kepada teman-teman saya, salah satu dari mereka ada yang tahu dan ia menjelaskan bahwa OCM itu terkenal dengan masakan Jepang-nya yaitu mie ramen. Untuk mie ramen sendiri saya tidak merasa asing dengan makanan tersebut, karena saya pernah mendengar dan mencoba sebelumnya. Namun tetap saja saya penasaran dengan ramen yang ada di OCM. 
 
OCM Grand Mall Solo terletak di lantai 3 di sebuah mall yang juga merupakan salah satu mall terbesar di Solo. Mall ini sendiri terletak di Jl. Slamet Riyadi No. 295 Surakarta. Dalam tugas ini kelompok saya adalah saya Niken Meganingtyas, Novia Rosiyani, dan Vita Kusumastuti. Pada awalnya kami pun tidak tahu dimana letak food court ini dan apa saja menu yang disajikan, kemudian saya mencoba mencari informasi lewat Gojek dan mencoba mencari informasi lewat internet. Hasil dari pencarian informasi tersebut adalah bahwa OCM adalah sebuah food court yang menyajikan makanan Jepang, yaitu ramen. 
 
Selain mencari tahu menu apa saja yang disajikan saya pun mencoba untuk mengecek harga yang dicantumkan. Menurut saya harga tersebut kurang cocok untuk saku seorang mahasiswa, beruntung saya tidak kost jadi lebih mudah untuk lebih cepat mengumpulkan uang, dan tidak terdesak dengan kebutuhan sehari-hari lainnya. Setelah mengetahui harga-harga tersebut, saya pun mulai menabung sedikit demi sedikit. Sejak kecil saya telah diajarkan menabung oleh orang tua saya agar bisa membeli apa yang saya inginkan, apabila tabungan saya tersebut tidak cukup barulah orang tua saya menambahinya agar genap sesuai harga barang yang saya inginkan. Begitu pula dengan ini, saya menabung dahulu baru kemudian jika belum cukup saya minta tambahan ke orang tua saya. dan orang tua saya tidak keberatan atas hal itu.
 
Setelah saya mencari informasi tersebut kemudian saya pun mendatangi OCM pada hari Selasa tanggal 1 Mei 2018. Saya datang kesana bersama dengan salah satu kelompok lain, karena salah satu dari mereka mengetahui dimana tempat tersebut. Kelompok tersebut menemani kelompok saya untuk ke OCM dan selanjutnya kelompok saya menemani mereka ke tempat untuk mereka melakukan pengamatan yaitu di Yellow Truck Coffee Solo. Jadi kami memutuskan untuk pergi berenam tanpa menggunakan bantuan google maps.
 
Awal rencana saya akan berangkat pada pukul 10 pagi, namun karena ada beberapa hal yang membuat saya berangkat tidak tepat waktu saya pun akhirnya berangkat dari rumah pada pukul 10.30 pagi. Kami berenam pun saling tunggu menunggu satu dengan yang lainnya dan akhirnya bertemu langsung di Solo Grand Mall. Setelah sampai di tempat, saya dan teman-teman pun masuk dan menuju lantai 3 untuk mendatangi OCM. Menuju lantai 3 kami menggunakan eskalator sambil melihat-melihat bagaimana suasana di mall tersebut. Suasana mall pada saat ini lumayan ramai karena bertepatan pada hari libur Buruh Nasional yaitu tanggal 1 Mei. Banyak orang disana mulai dari yang usia muda sampai yang tua, laki-laki dan wanita, bahkan anak kecil sampai orang dewasa. 
 
Setelah sampai di lantai 3 saya pun mulai mencari dimana letak food court dan langsung menuju kesana. Sesampainya di OCM saya pun disambut hangat oleh para pelayan lengkap dengan seragamnya. Mereka menawarkan menu-menu yang ada dengan senyuman dan dengan ramah. Saya pun dipersilahkan duduk dan diberi menu makanan untuk memilih makanan yang akan dipesan. Saya pun mulai melihat-lihat makanan yang ada di menu. Ya memang pada dasarnya OCM sendiri adalah food court yang menyediakan makanan Jepang khususnya ramen. Jadi yang ada pada menu hanyalah ramen namun beraneka ragam jenisnya. Dalam memilih makanan saya dan teman-teman pun agak lama dan banyak berpikir, sembari pelayannya menjelaskan menu-menu yang ada dan apa saja isinya.
 
Ketika melihat-lihat menu makanan pada daftar menu, saya merasa sedikit perbedaan dengan menu yang saya temukan ketika mencarinya lewat Gojek maupun internet. Namun saya dan teman-teman saya tidak begitu merasakan kecewa, karena untungnya harga yang dicantumkan tetaplah sama dengan harga yang ada pada internet dan Gojek. Pada internet dan Gojek menu yang ditawarkan terdapat berbagai jenis makanan, minuman, snack, mie ramen, sup, dan baso. Namun kenyataannya hanyalah menu andalan yang ada yaitu ramen. Untuk minuman sendiri cukup bervariasi, ada yang bersoda, milky, dan ada yang mainstream seperti es teh, es jeruk, dan lain-lain. Padahal rencana saya, saya ingin memesan makanan selain ramen misalnya dessert ataupun eskrim. Namun ya sudahlah tidak perlu ada yang disesali, toh saya bisa juga pesan di food court lainnya. 
 
Selain OCM, banyak juga food court yang ada disana, misalnya saja Moen-Moen, ada juga food court yang menyajikan masakan tradisional, dan berbagai masakan Nusantara. Bayangan saya tentang OCM adalah tempat yang cukup luas seperti rumah makan, namun ternyata hanyalah sebuah tempat kecil seperti bilik yang diberi etalase dan dindingnya ditempeli beberapa menu masakan, tempat duduk yang disediakan untuk pengunjung pun menyatu dengan food court lainnya. Sehingga pengunjung pun bebas dalam memilih tempat duduk sesuai dengan yang diinginkan dan yang dianggapnya nyaman. Penataan tempat duduknya adalah setiap satu kelompok tempat duduk, diberi satu meja yang panjang kemudian disekelilingnya diberi 4 buah kursi, apabila tidak cukup diperbolehkan untuk mengambil kursi lainnya selagi tidak dipakai oleh orang lain. 
 
Ini bukanlah pertama kalinya saya mencoba ramen, dan saya sendiri sebenarnya tidak suka dengan ramen namun demi tugas ya jadi menu yang saya pilih pun hanya saya samakan dengan teman saya. Dalam menu tersebut seingat saya terdapat Naga Ramen, Turbo Ramen, dan jenis ramen lainnya. Selain menu makanan disediakan juga menu minuman yang isinya adalah milk shake, soda, dan lain-lain. Setelah memilih cukup lama dan membingungkan akhirnya saya dan teman saya pun meilih Naga Ramen dan Turbo Ramen, juga minumannya yaitu Milky Safira.
 
Berikut daftar harga makanan dan minuman yang disajikan di OCM Grand Mall Solo :

Turbo Ramen              Rp 28.500
Naga Ramen               Rp 28.500
Combo Ramen            Rp 27.500
Chuncky Ramen         Rp 28.500
Wonton Ramen           Rp 25.500
Milky Berry                 Rp 10.500
Milky Punch                Rp 10.500
Milky Safira                Rp 10.500
Max Lemon Tea          Rp 9.500
Ice Lemon                   Rp 9.000
Hot Lemon                  Rp 9.000
Hot Tea                       Rp 4.000
Ice Tea                         Rp 4.500
Tebs                             Rp 6.000
Mineral Water             Rp 5.000
Teh Botol                    Rp 5.000
Milk Tea                      Rp 9.000
Cappucino                   Rp 10.000


Sambil menunggu pesanan datang, saya pun mengamati berbagai hal yang ada disana. Disana ternayata tidak hanya anak muda namun juga berbagai usia mulai dari balita sampai yang tua. Ada yang sendiri, ada yang mengajak pacarnya dan ada pula yang mengajak keluarganya untuk makan bersama disana, bahkan ada pula yang makan disana sambil mengerjakan tugas. Sambil menunggu pesanan datang, tidak lupa saya selfie dengan kelompok saya. selain untuk memenuhi lampiran tugas, selfie memang sudah menjadi hobi saya, dimana pun dan kapan pun saya berada tidak lupa dengan yang namanya selfie. Wajar saja karena selfie sekarang ini menjadi hal yang lumrah bukan menjadi hal yang tabu dan asing lagi.
 
Tidak lama setelah kami memesan akhirnya pun makanan yang kami pesan datang. Pelayan pun menghantarkan makanannya ke meja saya dan sambil memberikan bill untuk kami membayarnya. Harga yang dicantumkan menurut saya harga standar karena memang ini terletak di kawasan perbelanjaan, mungkin jika saya membeli di kedai lain harganya tidak akan sama. Satu mangkuk ramen dihargai mulai dari dua puluh ribu sampai tiga puluh ribu rupiah. Dan satu gelas minumannya dihargai mulai dari delapan ribu sampai lima belas ribu rupiah. Dan kami hanya pesan untuk tiga orang kelompok kami, kelompok lain lebih memilih untuk pesan di food court lainnya. 
 
Saat pesanan sudah datang pun tidak lupa saya berselfie dengan kelompok saya beserta makanan yang sudah tersajikan. Tidak lupa saya pun juga memfoto bill untuk memenuhi lampiran tugas saya. Setelah berselfie saya pun mulai menyantap ramen tersebut, dalam sajian itu disediakan sendok dan sumpit untuk memakan ramen. Namun jujur saja saya sendiri tidak bisa menggunakan sumpit dan akhirnya lebih memilih untuk memakannya menggunakan sendok. Ramen sendiri adalah  mie kuah Jepang dengan bentuk mie yang tipis dan berwarna kuning merupakan hasil buatan tangan atau bisa saja dibuat oleh mesin. Selanjutnya ditambahkan penyedap berupa beraneka ragam lauk seperti telur rebus, sayuran hijau (seperti bayam), irisan daun bawang, daging ayam, seafood, dan pangsit sebagai hiasan.
 
 Rasa dari ramen yang saya makan ini adalah pedas dan menurut saya cukup enak. Namun soal rasa adalah itu relatif, setiap orang pasti berbeda-beda pendapatnya. Ramen disajikan dalam sebuah mangkuk yang cukup besar dan diberi sendok serta sumpit. Penyajian makanannya pun ditata sedemikian rupa ssehingga terlihat menarik. Mie diberi kuah baru diberi berbagai macam toping, menu yang saya pilih adalah Turbo Ramen dan saya tidak tahu apa maksud dari nama itu. Turbo Ramen menyajikan berbagai toping diantaranya seafood, daging ayam, potongan wortel, dan juga potongan daun bawang. Selain itu disajikan satu mangkuk kecil yang berisi pelengkap seperti pangsit.
 
Untuk yang mencari tempat yang bisa digunakan untuk bersantai ria sambil mengobrol asyik bisa mencoba food court ini sebagai tujuannya. Terlebih lagi bagi kalian yang suka dengan ramen wajib mencoba ramen yang disajikan di OCM ini. Di tempat ini kalian bisa menyesuaikan dan meminta seberapa tingkat kepedasan ramen, ada yang tidak pedas, sedikit pedas, sedang, pedas, dan sangat pedas. Porsi per orang yang disajiakn dalam satu buah mangkuk cukup besar ini meurut saya terlalu banyak, sehingga saya tidak sanggup untuk meghabiskannya karena memang saya tidak suka rame, rasanya yang menurut saya kurang sedikit mantap, dan eneg. Dari suasana tempatnya, menurut saya agak sedikit kurang nyaman untuk makan, karena tempatnya yang ramai, banyak orang yang berjalan kesana-kemari, jadi kurang pas untuk menikmati makanan ini.
 
Berbicara tentang kehalalan masakan Jepang. Tidak dapat dipungkiri bahwa masakan Indonesia berbeda dengan masakan luar negeri, terlebih lagi negara Jepang. Setelah saya melakukan pengamatan di OCM, kemudian saya mencari tahu informasi tentang ramen di sebuah artikel di internet bahwa ramen sendiri sebenarnya mengandung kaldu babi, namun saya sendiri tidak bisa langsung menyimpulkan bahwa ramen ini mengandung kaldu babi atau tidak. Tidak memungkinkan juga apabila saya ikut masuk ke dapur untuk melihat dan mengecek kehalalannya. namun saya tetap berpositif thinking semoga tidak.

Sedikit cerita di Yellow Truck Coffee Solo
Dari cerita saya diatas telah saya ceritakan bahwa saya pergi melakukan pengamatan berenam, tiga melakukan pengamatan di OCM, dan tiga sisanya lagi melakukan pengamatan di Yellow Truck Coffee Solo. Setelah dari OCM, saya dan teman-teman pun melanjutkan pergi ke Yellow Truck. Yellow Truck ini tempatnya cukup jauh dari Grand Mall Solo, kami menempuh perjalanan sekitar 40 menit menggunakan sepeda motor untuk sampai di Yellow Truck. Yellow Truck ini sendiri tepatnya berada di Jl. Kebangkitan Nasional No.35, Sriwedari, Laweyan, Kota Surakarta
 
Lain halnya dengan OCM, Yellow Truck ini dilihat dari tempatnya saja sudah menarik perhatian saya. Dinding-dindingnya dihiasi dan ditempeli dengan hiasan dinding. Konsep tempat dan ruangannya adalah seperti ruangan kolonial Belanda, khas dengan interiornya dan tatanan meja dan kursinya. Yellow Truck ini sendiri adalah sebuah cafe, lain halnya dengan OCM yang masuk dalam kategori food court. Sehingga menjadikan tempat ini menjadi tempat yang cocok untuk nongkrong dan menikmati suasana yang ada. Sudah dapat ditebak dari namanya saja “Yellow Truck Coffe Solo” sudah pasti menu yang disajikan dominan dengan minuman kopi, hanya saja variasi dan jenisnya yang berbeda. 
 
Harga yang diberikan menurut saya sesuai dengan rasa dan kepuasan yang saya dapatkan. Namun jika dihitung nominalnya harga yang ditawarkan disini cukup mahal, cukup menguras kantung untuk para mahasiswa. Tempat ini cocok untuk para kids jaman now yang sedang gila dengan tempat-tempat hitz untuk berselfie dan berfoto. Di Yellow Truck terdapat banyak spot foto, misalnya dengan pigura-pigura yang menempel pada dinding, berfoto di kursi-kursi yang merupakan ciri khas kolonial Belanda, dan masih banyak lagi. Tidak lupa saya dan teman-teman pun juga ikut berfoto disana, selain untuk memenuhi lampiran tugas juga sebagai dokumentasi pribadi saya untuk saya simpan.
 
Tempat ini pun ternyata tidak hanyak dikunjungi oleh orang-orang lokal, pada saat saya disana saya melihat bule datang, ada pula orang bermata sipit yang datang untuk memesan kopi. Dari sini dapat saya lihat bahwa ketika kita mengeluarkan sejumlah uang, maka sejumlah itulah yang akan kita dapatkan. Istilah lainnya adalah “ada uang ada barang”. Harga sendiri juga tidak membohongi kualitas dan rasanya. Di Yellow Truck menyajikan berbagai jenis dan variasi dari minuman kopi. Mulai dari kopi Indonesia sampai jenis kopi dari berbagai negara. Rasanya pun menurut saya enak dan membuat ketagihan. 
 
Selain bermacam-macam jenis kopi, Yellow Truck juga menyajikan berbagai makanan ringan, seperti donat, bakpao, otak-otak, dan masih banyak lagi. Pelayanan yang diberikan disana pun menurut saya cukup memuaskan, terdapat satu barista yang berdiri di kasir sambil membuatkan pesanan untuk para pengunjung. 
 
Refleksi saya sebagai seorang mahasiswa setelah melakukan pengamatan di OCM dan Yellow Truck ini adalah bahwa seiring berjalannya waktu dunia sudah semakin maju. Banyak makanan-makanan yang didatangkan ke Indonesia dari luar negeri secara bebas, maka dari itu kita harus pandai dalam memilih mana makanan yang halal dan yang tidak. Apalagi zaman seperti sekarang ini, zaman milenial, semua sudah semakin canggih dan maju jadi tergantung bagaimana kita dalam menyikapi hal tersebut. Menyeleksi yang baik kita terima dan yang buruk kita buang atau kita tinggalkan. Berbicara tentang halal atau tidaknya makanan, jika kita sudah mengetahui bahwa makanan tersebut tidak halal sebaiknya jangan dimakan, namun jika sudah tahu bahwa makanan tersebut halal silahkan saja untuk memakannya. Dan apabila belum tahu itu tidak apa-apa.










Minggu, 25 Maret 2018

Kehidupan di Pondok dan Belajar Kitab Kuning


Dalam tulisan ini saya akan menceritakan pengalaman saya selama observasi pondok pesantren “live in pondok 1x24jam” guna memenuhi tugas yang dosen saya berikan kepada saya, tugas mata kuliah Metodologi Studi Islam yaitu mengamati bagaimana relasi antara kehidupan di pondok dengan studi Islam klasik. Awal cerita saya saya mulai dari bagaimana saya dan kelompok saya menentukan dimana saya akan melakukan observasi pondok tersebut. Kegiatan observasi pondok dilakukan dengan sistem berkelompok dan kelompok saya terdiri dari 6 orang. Kelompok saya akhirnya menentukan Pondok Pesantren Ta’mirul Islam sebagai tempat observasi saya, karena memang berdasarkan tugas saya diminta untuk mempelajari kitab kuning dan kebetulan di Ta’mirul Islam mempelajari kitab kuning tersebut. Saya mendapatkan informasi tentang Pondok Pesantren Ta’mirul Islam dari internet. Pondok Pesantren Ta’mirul Islam beralamat di Jl. KH Samanhudi No.3, Bumi, Laweyan, Kota Surakarta, Jawa Tengah 57142.

PENENTUAN DAN SURVEI TEMPAT PONDOK
Dalam mencari pondok pesantren tidak terasa berat seperti rindu Dilan kepada Milea, saya hanya perlu panas-panasan dan merasa lelahnya seharian berada di jalanan. Alhamdulillah saya pun juga tidak mengalami penolakan atau halangan apapun itu. Hal pertama yang saya lakukan yaitu searching, setelah menemukan hasilnya kemudian kami mencari alamat pondok tersebut,  dan kemudian survei. Awalnya kelompok yang ber-live in di Pondok Pesantren Ta’mirul Islam terdapat 2 kelompok yang berjumlahkan 10 orang, namun ternyata dari peraturan yang diberikan dari dosen setiap satu pondok pesantren hanya diijinkan maksimal 6 orang, akhirnya kelompok yang satunya memilih untuk mencari pondok pesantren yang lain. Kemudian di lain hari, saya melakukan survei dengan mendatangi pondok tersebut dan membawa surat izin yang telah disetujui dosen dan kampus saya untuk melakukan observasi di Pondok Pesantren Ta’mirul Islam.

LOBY PIMPINAN PONDOK
Pada hari Selasa tanggal 12 Maret 2018 kami pun datang ke pondok dengan tujuan untuk menemui pimpinan pondok, yaitu KH. Mohammad Halim, S.H. Ketika mengadakan loby pimpinan dengan beliau, saya pun dijelaskan sedikit tentang bagaimana kehidupan dan pembelajaran di pondok. Awal rencana, kelompok saya berniat untuk menginap pada hari Rabu tanggal 14 Maret 2018, tetapi kembali pada tujuan awal saya yaitu untuk mempelajari kitab kuning. Pada hari tersebut tidak ada jadwal pembelajaran kitab kuning. Akhirnya saya mengikuti bagaimana peraturan jadwal di pondok untuk mengikuti pembelajaran kitab kuning yang dilaksanakan pada hari Minggu tanggal 18 Maret 2018. Di awal rencana kami akan melakukan live in selama 24 jam, namun tiba-tiba ada kabar yang cukup mendadak bahwa pada hari Senin tanggal 19 Maret 2018 pukul 07.00 pagi ada pengajuan mata kuliah, akhirnya hanya melakukan live in selama 12 jam saja. Pada saat loby pimpinan, saya dipertemukan dengan ustadzah-ustadzah yang kelak akan membantu saya pada observasi selama di pondok. Sesuai perjanjian kami akan memulai live in pada tanggal 18 Maret 2018 pukul 09.00 pagi.

HARI H LIVE IN PONDOK
Kemudian pada hari H yaitu pada hari Senin tanggal 18 Maret 2018 pukul 09.00 kami datang ke pondok sesuai perjanjian kami sebelumnya. Sebelum memulai untuk observasi saya pun diajak menuju ruang kantor pengasuhan terlebih dahulu untuk diberitahu mengenai aturan-aturan apa saja yang diberlakukan di pondok. Salah satu ustadzah yang saya ingat adalah beliau bernama ustadzah lutfiah. Saya pun dijelaskan bahwa di pesantren kami tidak diperkenankan untuk membawa handphone supaya lebih merasakan bagaimana suasana pondok yang sebenarnya, namun kemudian kami meminta dispensasi untuk hanya membawa 1 handphone saja untuk dokumentasi. Kemudian kami dijelaskan bahwa dalam sekali makan per orang dikenakan biaya 3000 rupiah. Sebenarnya jatah kami dalam sehari itu adalah makan 2x namun kami lebih memlih 1x, yaitu satu kali makan di luar dan satu kali makan di pondok. Sehingga kami hanya perlu membayar sejumlah 3000 rupiah saja.
Kami ditunjukkan ruang dimana kami tempat untuk istirahat dan meletakkan barang-barang bawaan kami. Beliau-beliau ustadzah sangatlah ramah, begitu juga para santriwati yang saya temui disana mereka sangat ramah, sopan, dan segan. Ketika saya datang disana saya pun disambut dengan senyuman mereka. Mereka berpakaian layaknya santriwati-santriwati yaitu memakai longdress atau gamis dan jilbab panjang yang menjulur sampai dada mereka. Muka mereka pun bersih bersinar tanpa sentuhan make up sedikitpun. Saya beranggapan bahwa itu berkat air wudhu yang mereka gunakan setiap harinya. Dalam kesehariannya, mereka menggunakan bahasa Arab dan bahasa Inggris sebagai bahasa sehari-hari. Mereka dilarang untuk menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa Jawa.

LIVE IN PONDOK
            Setelah dari ruang pengasuhan, kami pun diantarkan menuju ruang dimana tempat untuk kami istirahat. Kami pun istirahat sejenak dan kemudian melanjutkan kegiatan dengan mengikuti pembelajaran fikih. Kami pun ikut masuk kelas dan merasakan bagaimana suasana di pondok ketika pembelajaran di dalam kelas. Mereka diajar oleh ustadzah yang sangat baik dan ramah. Kebetulan kelas yang kami masuki adalah kelas anak ekonomi kelas XII. Kami pun melakukan pengamatan bagaimana suasana kelas, bagaimana sistem belajar mengajar mereka, dan lain-lain. Dalam pengamatan di dalam kelas, saya mendapati bahwa suasana ketika belajar mengajar terasa nyaman dan tidak gaduh. Meski tidak terdapat AC di dalamnya namun saya tidak merasakan gerah sedikitpun. Ketika proses kegiatan belajar mengajar ustadzah dan para santriwati menggunakan bahasa Arab karena kebetulan mata pelajaran yang diajarkan yaitu fikih yang menggunakan kitab bertuliskan Arab.
Ustadzah mengatakan bahwa setiap harinya pada santriwati ketika belajar bahasa Arab menggunakan bahasa Arab, ketika belajar bahasa Inggris mereka menggunakan bahasa Inggris, tetapi ketika mereka belajar selain itu mereka menggunakan bahasa Indonesia. Ustadzah pun sangat ramah kepada kami, kami dibiarkan ikut dalam kegiatan belajar mengajar, kami pun diijinkan turut andil di dalamya misalnya bertanya apabila kami tidak paham akan materi yang disampaikannya. Saya pun telah merangkum materi apa yang telah ustadzah berikan pada waktu itu. Materinya adalah mengenai “Istihadhah”. Ustadzah menjelaskan mengenai apa itu istihadhah dan kebetulan saya pun baru mendengar kata itu untuk pertama kalinya. Dan saya rasa materi tersebut cukup menarik untuk didengarkan karena berhubungan dengan wanita dan kewanitaan.

ISTIHADHAH
Apa yang dimaksud istihadhah? Istihadhah adalah keluarnya darah bukan karena haid dan bukan karena melahirkan. Batas maksimal haid seorang wanita adalah 15 hari dan batas minimal suci seorang wanita adalah 15 hari, apabila setelah 15 hari tersebut tetapi masih keluar darah maka hal tersebut dapat dikatakan sebagai istihadhah. Wanita yang dalam keadaan istihadhah mereka tetap dalam keadaan yang suci karena darah tersebut tidak termasuk darah kotor. Dalam keadaan istihadhah tersebut wanita diperbolehkan bahkan diwajibkan untuk tetap sholat, tetap berpuasa, dan sebagainya. Patokan haid seorang wanita adalah silkus berdasarkan kebiasaan setiap bulannya. Misalnya pada bulan ini si wanita tersebut haid pada tanggal sekian, kemudian pada bulan berikutnya wanita tersebut haid maju beberapa hari dari bulan yang sebelumnya, nah dari situlah wanita dapat memperhitungkan apakah ia sedang haid atau dalam masa istihadhah.
Terdapat beberapa pendapat tentang ketentuan istihadhah, dari pendapat-pendapat tersebut terdapat perbedaan-perbedaannya pula. Berikut adalah pendapat-pendapat tentang ketentuan istihadhah, antara lain :
1)      Pendapat pertama
Pendapat pertama ini berpendapat bahwa ketika seorang wanita mengalami istihadhah maka ia harus mandi 1x sehari, mandi dalam hal ini yaitu mandi besar. Ketika darah sudah berhenti kita harus mandi walaupun dalam keadaan belum suci. Pada pendapat pertama ini masih digolongkan menjadi dalam 2 kelompok lagi, pendapat tersebut antara lain:
a)      Pendapat pertama golongan pertama
Pendapat ini diikuti imam-imam mazhab terkemuka seperti imam syafii, hanafi, maliki, hambali, dan yang lainnya. Pada kelompok ini mereka berpendapat bahwa seorang wanita ketika dalam masa istihadhah ia cukup mandi satu kali, namun mereka harus tetap wudhu setiap akan sholat walaupun dalam keadaan belum batal dari sholat yang sebelumnya.
b)      Pendapat kedua golongan pertama
Pendapat ini mengatakan bahwa tidak harus selalu wudhu, kita boleh hanya wudhu dalam satu waktu yaitu pada saat yang disukai saja atau sunnah, tetapi jika wudhu lagi lebih baik lagi.

2)      Pendapat yang kedua
Pendapat ini menjelaskan bahwa seorang wanita yang sedang dalam keadaan istihadhah mereka wajib mandi di akhir dzuhur atau awal ashar, kemudian dalam pelaksanaan sholatnya dilaksanakan dzuhur dan ashar dengan cara dijama’. Kemudian sholat maghrib diakhirkan atau awal isya’, pelaksanaan sholatnya seperti yang sebelumnya yaitu dijama’. Kemudian untuk sholat subuh kita diwajibkan untuk mandi lagi. Jadi dapat disimpulkan bahwa pada pendapat yang kedua ini, seorang wanita yang sedang dalam keadaan istihadhah diwajibkan mandi 3x sehari.

3)      Pendapat yang ketiga
Pendapat ini mengatakan bahwa seorang wanit yang sedang dalam keadaan istihadhah mereka boleh mandi sehari hanya satu kali tanpa diberi batasan waktu, dalam hal ini yang dimaksudkan adlaah mandi suci.

4)      Pendapat yang keempat
Pendapat ini beranggapan bahwa seorang wanita yang sedang dalam keadaan istihadah mereka diwajibkan bahwa setiap mereka akan sholat mereka harus mandi besar terlebih dahulu.

Setelah mengikuti pelajaran fikih tersebut, saya dan teman-teman pun diajak ikut serta dalam menjenguk teman salah satu dari anak kelas tersebut yang sedang sakit. Entah sebenarnya ini adalah aib atau apa itu ketika saya mengingat hal ini perut saya sakit karena tertawa, ketika menengok teman satu kelas kami tersebut, salah satu dari teman kami mungkin ia merasa lapar dan tidak dapat menahannya. Ketika suasana sedang hening-heningnya dalam membaca doa, perut teman kami tersebut berbunyi cukup keras “kruk kruk krukkk” yang menandakan bahwa ia sangat sedang lapar. Seketika itu saya dan teman-teman saya saling lirik melirik. Seketika itu juga saya dan teman saya yang satunya lagi mulai tidak konsentrasi dalam berdoa dan kami pun tidak dapat menahan tawa kami. Setelah menjenguk orang sakit, saya pun menuju kamar istirahat kami, dan kemudian kami makan makanan yang kami bawa. Kami pun saling mengeluarkan makanan yang kami bawa, saling bertukar, dan saling mencicipi.

PENGAMATAN DAN OBSERVASI
a)      Bebek-bebek kecil
Setelah makan-makan kecil kami pun turun dan sekedar duduk-duduk di halaman utama pondok pesantren putri, kami pun melakukan pengamatan terhadap pondok, aktivitas sehari-hari, berbagi cerita dengan para santriwati, dan bersenda gurau dengan mereka. Pada saat itu kami pun dibuat kepo dengan keberadaan beberapa bebek yang dibiarkan berkeliaran di halaman utama. Kemudian kami pun mencoba menanyakan perihal itu kepada salah satu santriwati yang bernama Rafika, ia mengatakan bahwa bebek-bebek itu sengaja dibiarkan berkeliaran di halaman utama sebagai hukuman kepada santriwati yang gagal dalam mencalonkan diri sebagai dewan ambalan. Mereka harus menjaga bebek-bebek tersebut agar tidak mati selama 1 bulan, bebek-bebek tersebut dibiarkan mencari makan di halaman. Dan apabila ada bebek yang mati maka pihak pondok akan menggantinya dengan bebek kecil dan itu akan terjadi terus menerus. Rafika bercerita bahwa dulu pernah ada bebek yang mati karena diterkam dan dimakan kucing hmmm cukup menyedihkan ya.. 
b)      Air keran untuk minum
Kemudian dari pengamatan kami, kami pun dibuat penasaran dengan para santriwati yang menggunakan air keran sebagai air minum mereka, kami pun menanyakannya pula kepada Rafika, kata Rafika bahwa itu adalah air yang sudah aman yang telah melewati proses penyaringan sebelumnya.  Selain itu, di sana terdapat beberapa seragam yang dikenakan santriwati, ada yang berwarna hijau, biru, dan peach. Seragam-seragam tersebut dikenakan para santriwati sesuai dengan tingkatan kelas mereka.
c)      Muhadharoh (Orasi)
Setelah berbincang-bincang cukup banyak dengan Rafika saya pun diizinkan untuk mengikuti muhadharoh (orasi). Muhadharoh tersebut dilaksanakan di dalam ruang kelas. Kami pun dipersilahkan masuk, dan ketika kami masuk para santriwati pun tersenyum dengan manisnya. Kemudian kami dipesilahkan untuk duduk, kami pun meminta duduk di bagian belakang saja mereka sangat ramah, ketika kami masuk tempat duduk bagian belakang sebenarnya sudah diduduki oleh mereka, tetapi karena kami meminta duduk di situ akhirnya mereka pun yang mengalah hihi. Tak berapa lama kemudian acara tersebut dimulai dengan susunan acara, para MC, dan para santriwati yang hendak menyampaikan orasinya. Ada yang santai-santai saja, ada yang tegang, dan adapula yang malu-malu. Namun kami cukup terhibur dan terkagum dengan keberanian mereka. Tak hanya itu, orasi ini tidak menegangkan namun justru terasa asyik kare diselingi beberapa yel-yel, misalnya ketika seorang lupa dengan apa yang akan ia sampaikan kemudia teman-teman yang di belakang menyanyikan suatu yel-yel.

Setelah mengikuti muhadharoh para santriwati pun melakukan bersih-bersih. Kami pun kembali ke kamar kami untuk istirahat sejenak dan membersihkan kamar kami. Tak lupa kami pun meminta berfoto bersama para santriwati sebagai kenang-kenangan selama kami melakukan observasi di pondok Ta’mirul Islam. Mereka pun megiyakan permintaan kami. Saya pun lupa menjelaskan bahwa sebenarnya kelompok kami tediri dari 6 orang, tetapi H-2 sebelum live in pondok, salah satu dari anggota kelompok kami yaitu Zairotul Zamronah atau yang biasa dipanggil Zamzam tidak dapat mengikuti live in pondok dikarenakan sakit. Akhirnya kami hanya berlima selama melakukan observasi di pondok.
Sore hari telah tiba, satu persatu dari kami pun mulai antri untuk mandi. Kami disediakan kamar untuk mandi bersama dengan kamar mandi ustadzah. Pada saat itu juga kami diantar makanan ke kamar oleh salah satu santriwati. Yang saya heran, mengapa dengan budget 3000 kami mendapatkan makanan yang tidak seharusnya kami dapatkan. Subhanallah makanan yang disuguhkan menurut kami melebihi jumlah uang 3000 tersebut. Saya benar-benar merasa beruntung dan sangat berterima kasih atas apa yang telah mereka berikan kepada kami di pondok. Kami pun berbincang-bincang sedikit dengan santriwati yang telah mengantarkan makanan tersbut, kami saling berkenalan dan saling berbagi cerita sedikit. Memang menurut saya para santriwati disana sangat lah terdidik, mereka sopan dna halus dalam bertutur kata. Masyaallah.
Mengapa dalam cerita ini saya tidak menceritakan tentang sholat? Karena kebetulan pada hari itu saya ‘udzur/halangan jadi saya pun tidak dapat sholat di pondok. Sedih rasanya ketika saya merasa bahwa saya tidak akan pernah bisa masuk mushola yang diceritakan teman saya bahwa suasana di mushola tersebut adem dan ayem, air wudhunya pun menyegarkan. Namun tebakan saya itu ternyata salah, pada malam harinya tepatnya yaitu ba’da isya. Ba’da isya kami diizinkan mengikuti kajian yang diikuti oleh semua santriwati yang ada di pondok putri tersebut. Pada kajian tersebut sang ustadz menjelaskan tentang gambaran hari kiamat, adab-adab yang baik untuk para wanita, berperilaku mahmudah, dan lain-lain.

PEMBELAJARAN KITAB KUNING
Sesudah mengikuti kajian, saya pun mengikuti pembelajaran kitab kuning. Kegiatan inilah yang merupakan inti dan tujuan dari live in kami selama di Pondok Pesantren Ta’mirul Islam. Saya pun menuju sebuah bangunan sebelah pindok putra. Saat kami datang, disitu telah ada bapak-bapak dan beberapa remaja putri dan putra. Kami pun dipersilahkan duduk dan mengikutinya. Jam pada waktu itu menunjukkan pukul 21.00, jadi wajar saja bila saya dan teman-teman saya merasakan ngantuk sehingga tidak amat konsentrasi dengan apa yang disampaikan oleh kyai yang pada saat itu menjadi pemimpin dalam pembelajaran kitab kuning tersebut. Kami diberi satu kitab kemudian digunakan bersama, kitab tersebut berisi tulisan Arab seluruhnya. Kami pun yang tidak terlalu mengerti bagaimana cara membacanya hanya ikut mendengarkan dan mencatat hal-hal yang terdengar sekilas di telinga.
Pembelajaran dan penerjemahan kitab kuning menggunakan campuran bahasa Jawa dan Indonesia. Sang kyai memberitahukan cara membaca dan alasan mengapa harus dibaca seperti itu kemudian diberikan contoh dan artinya apa dari contoh tersebut. Cara pembelajaran kitab kuning yaitu dibaca Arabnya terlebih dahulu baru kemudian diartikan maksudnya satu persatu. Pembelajarannya diikuti dengan beberapa ustadzah pembimbing. Metodenya dilakukan secara langsung atau dijelaskan langsung oleh sang kyai dan jika ada yang kurang faham dapat ditanyakan langsung dengan kyainya. Pembelajaran dilakukan oleh santriwan dan santriwati dengan pembatas yaitu tembok.
Prosesnya dilakukan dengan cara dijelaskan terlebih dahulu baru kemudian sesi tanya jawab. Sang penanya mayoritas sudah pria yang sudah manula dan ketika menanyakan beliau menggunakan bahasa Jawa. sesi tanya jawab disertai dengan perdebatan kecil antara penanya dengan sang kyai. Tak hanya itu dalam pembelajaran diselingi dengan candaan kecil agar tidak terasa membosankan. Kyai pun menjelaskan tentang isim, fi’il, dan dhamir yang terdapat dalam bacaan.  Dalam pembelajaran dijelaskan pula tentang perubahan-perubahan yang terjadi. Dilakukan pula dengan nyanyian. Bacaan di dalam kitab kuning ada yang berharokat dan ada pula yang tidak berharokat atau yang biasa disebut dengan Arab gundul.

Setelah selesai mengikuti pembelajaran kitab kuning yaitu sekitar pukul 21.30 saya pun kembali ke kamar untuk istirahat sejenak sembari membereskan barang-barang bawaan kami. Tidak lupa juga kami merapikan tempat tidur yang sudah disediakan untuk kami lengkap dengan bantal dan gulingnya. Memang ada benarnya pepatah “home sweet home” seindah apapun tempat orang lain, atau bahkan senyaman apapun tempat itu tetap saja rumah kita sendirilah yang paling nyaman. Selesai mengepack barang-barang bawaan kami dan membereskan kamar, kami pun turun untuk berpamitan dengan para ustadzah dan para santriwati yang telah membantu dan membimbing kami selama kami berada di pondok. Tidak lupa juga kami memberi sedikit kenang-kenangan sebagai tanda terimakasih kami kepada para beliau. Kami memberi Al-Quran yang telah kami beli sebelumya pada siang hari sewaktu makan siang. Mengapa kami memberi Al-Quran? Mengapa tidak barang yang lain saja? Karena menurut kami Al-Quran dapat bermanfaat bagi para santriwati, dan itu termasuk amal jariyah bagi kami ketika A-Quran tersebut dapat berguna dan dibaca oleh para santriwati disana. Insyaallah

KESIMPULAN DAN PELAJARAN
Sebagai seorang mahasiswa, dari cerita dan pengalaman saya selama berada di pondok, pelajaran yang dapat saya ambil adalah bahwa kita harus banyak-banyak mempelajari ilmu agama, semakin banyak kita mempelajari dan mendalaminya maka semakin kita merasa bodoh dan sadar bahwa pengetahuan kita terbatas dan masih sangat kurang. Dari yang menurut kita bahwa apa yang kita lakukan sudah baik, ternyata setelah saya bandingkan dengan para santriwati saya pun merasa bahwa saya selama ini merasa sangat kurang, merasa sombong dengan apa yang saya punya dan yang saya lakukan. Dari kehidupan di pondok hal yang dapat saya ambil adalah kesederhanaan dan kebersamaan mereka, kita harus hidup mandiri tanpa bergantung dengan orang tua. Dari kehidupan di pondok menjadikan kita dapat mengurus diri kita sendiri dan tidak manja terhadap orang tua, menjadikan kami lebih dewasa dan berakhlaqul karimah. Serta ilmu yang didapatkan di pondok semoga dapat bermanfaat bagi kehidupan di dunia dan di akhirat. Sudah dapat saya pastikan bahwa anak-anak yang lebih memilih hidup dan menuntut ilmu di pondok, mereka lebih baik dari mereka-mereka kids jaman now.
Sekian dan terimakasih :)


Kamis, 22 Maret 2018

Essay Bahasa Indonesia



Nama   : Niken Meganingtyas
NIM    : 175231115
Kelas   : PBS 2 C

FENOMENA EKONOMI
Bergugurannya Kedai Ritel, Bagaimana dengan Online Shop?

Dalam tulisan ini saya ingin menyampaikan perihal mengapa sebagian besar toko ritel menutup kedainya sepanjang tahun 2017. Informasi ini saya dapatkan ketika saya menonton televisi dan membaca artikel-artikel di instagram. Kemudian saya membuat tulisan ini untuk mengetahui apa pemicu akan tutupnya beberapa gerai tersebut dan akibat yang ditimbulkan dari apa yang telah terjadi. Sebelum membicarakan semua itu, alangkah lebih baiknya kita mengetahui terlebih dahulu apa yang disebut toko ritel. Apa itu toko ritel?
Toko ritel atau dalam bahasa kita sehari-hari biasa disebut eceran, sedangkan dalam bahasa Inggris “retail” adalah salah satu sistem dalam memasarkan produk yang mencakup segala kegiatan yang melibatkan penjualan barang secara langsung ke konsumen akhir untuk digunakan secara pribadi tetapi bukan bisnis. Untuk organisasi ataupun orang yang menjalankan bisnis ini mereka disebut sebagai pengecer. Dalam praktiknya seorang pengecer melakukan pembelian barang ataupun produk dalam jumlah besar dari produsen, maupun pemasok baik secara langsung ataupun melalui grosir, untuk kemudian dijual kembali dalam jumlah yang kecil.
Di sejumlah daerah beberapa toko ritel memilih untuk menutup kedai mereka. Tercatat beberapa perusahaan waralaba gulung tikar sepanjang tahun 2017. Perihal itulah yang menimbulkan isu turunnya daya beli masyarakat. Alhasil beberapa ritel modern tutup akibat perubahan pola konsumsi dan penurunan daya beli masyarakat, yang kemudian menyebabkan besarnya biaya operasional tidak mampu ditutupi dengan penghasilan. Akibat kerugian yang terus terjadi, tidak ada cara lain melainkan mengurangi kerugian tersebut dengan menutup gerai. Dari beberapa toko tersebut diatas, di bawah ini adalah sebagian dari mereka yang memilih untuk menutup kedainya, antara lain yaitu :
1.      Matahari Departement Store
2.      Ramayana
3.      7-Eleven
4.      Debenhams
5.      Lotus
Menurut saya pemicu dari persoalan tersebut di atas adalah berubahnya pola konsumsi masyarakat dari yang awalnya berbelanja langsung datang ke toko menjadi berbelanja online, persaingan sudah semakin gencar, faktor penurunan daya beli pun ikut serta dalam mempengaruhi lesunya bisnis ritel modern, keberadaan lokasi yang tidak tepat, adanya persaingan bisnis, penggunaan teknologi yang kian masa kian canggih, ketatnya persaingan ritel modern di kota-kota besar. Selain itu, adanya perubahan daya dukung suatu komunitas yang megalami perubahan, misalnya saja kawasan pemukiman di beberapa wilayah Jakarta dan sekitarnya yang kini telah beralih fungsi menjadi fokus bisnis dan tidak lagi menjadi wilayah pemukiman sebagai fungsi yang semestinya.
Dari penyebab-penyebab yang telah saya jabarkan di atas, tutupnya toko ritel di beberapa daerah juga menimbulkan akibat-akibat tertentu. Untuk akibatnya sendiri adalah tidak banyak disukai sampai kemudian pada akhirnya toko ritel menutup banyak yang gulung tikar, hal itu menimbulkan kerugian yang besar sebagai akibat dari diskon besar-besaran yang dilakukan oleh toko-toko tersebut, kecenderungan online yang mengakibatkan masyarakat menjadi pemalas, hanya mengandalkan orang lain dan smartphone, para karyawan yang diberhentikan kerja secara besar-besaran sehingga menimbulkan pengangguran.
Sebenarnya toko ritel sendiri mempunyai potensi yang besar untuk mampu terus bersaing dan berkembang. Terdapat beberapa solusi yang bisa dilakukan oleh pemerintah supaya toko ritel mampu bersaing dalam keadaan ini baik dalam jangka panjang maupun dalam jangka pendek. Misalnya saja pada jangka pendek dapat dilaksanakan penataan lokasi dan waktu teruntuk pasar atau toko atau warung tradisional sehingga mampu bersaing dan hidup berdampingan dengan pasar atau toko atau ritel modern. Selain itu, peraturan “white labeling” juga saya rasa perlu diberlakukan agar produk yang dijual di ritel modern bukan hanya produk industri yang membaur. Kemudian untuk yang jangka panjang, pemanfaatan ritel modern mengangkat produk lokal ke level nasional dengan membantu mereka memenuhi standar sehingga produk lokal mampu dijual di ritel modern. 
Salah satu pemicu dari tutupnya toko ritel adalah adanya persaingan dengan bermunculannya toko-toko online. Untuk mampu mengetahui mengapa hal tersebut mampu terjadi, maka sebaiknya kita terlebih dahulu mengetahui kelebihan dan kelemahan berbisnis sistem online tersebut. Ketika kita menggunakan jasa online, terdapat beberapa kemudahan diantaranya adalah kita tidak perlu menunggu waktu luang untuk pergi ke toko, sangat membantu bagi orang yang sibuk dengan bisnisnya, bermacam – macam toko online yang siap melayani kita dan bermacam – macam pula barang yang kita perlukan.
Dengan online shop kita bisa lebih hemat waktu dan tenaga, kita tidak perlu pergi dan mengelilingi mal untuk membeli barang yang kita perlukan, cukup mengakses internet dan tidak perlu macet ria di jalan raya, banyak sekali pilihan jadi kita bisa membandingkan toko satu dengan yang lainnya agar mengetahui kualitas barang dan harga yang di berikan. Selain itu, cara yang di lakukan cukup mudah tinggal memesan barang yang kita pilih kemudian bayar. Untuk pembayaran bisa melalui internet banking atau melalui ATM dan kita cukup menanti barang yang telah kita beli tiba.
Sedangkan kelemahan dari kita berbisnis online adalah bila kita berbelanja pakaian terutama baju ataupun yang lainnya tidak bisa kita coba, tidak bisa memegang kainnya, bagaimana kualitas kainnya, dsb. Mutu barang tidak sesuai, kesamaan barang hasil foto/gambar dengan yang kita lihat di monitor tidak bisa 100% sama. Ongkos kirim yang mahal, tentunya barang yang kita beli tidak serta merta langsung mampu kita ambil, pemilik toko online masih memerlukan jasa pengiriman. Dan yang menentukan ongkos kirim barang adalah pemilik jasa pengirimaan barang seperti JNE, TIKI, Pos Indonesia, dan sebagainya. Resiko penipuan, uang sudah ditransfer tapi barang tidak di kirim dan tidak pernah dikirim selamanya.








x